Rabu, 30 Januari 2013

Kisah Sukses Liem Sioe Liong

1359600619.jpg

Liem Sioe Liong yang mulai mengenal Indonesia saat berusia 20 tahun, kurang lebih 45 tahun yang lalu, mengatakan “Anda harus dilahirkan di tempat dan waktu yang benar,

Dan Anthony Salim (putranya) yang bernama kelahiran Liem Fung Seng, juga ikut berkomentar kepada majalah yang sama, “Jika anda ingin menangkap seekor ikan, pertama-tama anda harus membeli umpan.

Kalimat pendek yang cenderung merupakan ungkapan dalam sastra Indonesia itu sebenarnya gambaran prinsip mereka di Indonesia sampai merembes ke kancah Internasional. Bersama grup yang dipimpinnya, Soedono Liem Salim kelahiran Fukien, 1916 yang bermula bersama kakaknya : Liem Sioe Hie, membantu paman mereka berdagan minyak kacang di Kudus, Jawa Tengah, anak kedua dari tiga bersaudara itu bisa menggaji 25 ribu tenaga kerja.


Dari eklusif senior sampai sopir truk yang jumlahnya lebih kurang 3000 armada termasuk pengangkut semen perusahaan Liem CS. Terkaya di Indonesia, memiliki 40 perusahaan, Liem Sioe Liong dengan para kamradnya menghasilkan omset bisnis tidak kurang dari US$ 1 milyar per tahun. Konon kekayaan Liem pribadi, ada yang menyebutkan sekitar US$ 1,9 milyar atau setara dengan Rp. 1,2 triliun.

Di kalangan pedagang Tionghoa Indonesia dia terkenal dengan sebutan “Liem Botak”. Sejarah orang yang bernama Liem Sioe Liong (60)  dimulai di sebuah pelabuhan kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di tempat itu pada tahun 1918.

Kakak tertuanya Liem Sioe Hie (77) sejak tahun 1922 telah lebih dulu bermigrasi ke Indonesia. Pada saat itu Indonesia masih jajahan Belanda. Kerja di sebuah perusahaan pamannya di Kota Kudus. Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Liem Sioe Liong mengikuti jejak kakaknya yang tertua.

Dari Fukien, dia berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, Kota Kudus sudah terkenal dengan pusat pabrik rokok kretek, yang sangat membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jaman revolusi Liem Sioe Liong sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatra, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur khusus penyelundupan emnuju Kudus.

Sehingga tidak heran jika dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu, dia juga banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai. Untuk melicinkan semua usahanya di bidang keuangan, dia juga mempunyai beberapa bank seperti Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia. Di tahun 70-an Bank Central Asia ini telah tumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta.

Salah satu peluang besar yang diperoleh Liem Sioe Liong dari pemerintah Indonesia adalah didirikannya PT. Bogasari pada bulan Mei 1969 yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia Bagian Barat, yang meliputi 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima utnuk Indonesia Bagian Timur.

Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari adalah sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Mungkin hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung ke pabrik.

Sangat perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Bussines Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh dengan lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding companinya bersama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis devisi, asing-masing adalah :

1 divisi perdagangan, 2 divisi industri, 3 divisi bank dan asuransi, 4 divisi pengembangan (yang bergerak di bidang hasil hutan), 5 divisi properti yang bergerak di bidang real estate perhotelan dan pemborong, 6 divisi perdagangan eceran dan 7 divisi venture.

Setiap divisi membawahi beberapa arah raksasa yang berbentuk perseroan-perseroan terbatas. Berbagai kemungkina untuklebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun  tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tidak membuat Liem cemas.

Seperti yang dikatakannya, “Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.” Bermodal dari kalimat pendeknya itulah yang mengantar Liem Sioe Liong menjadi Soedono Salim si Raja Dagang Indonesia, belakangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar